Beberapa Macam Tata Bahasa
1. Tata Bahasa Generatif Transformasio
Teori generatif transformasio (teori Chomsky)menyatakan bahwa kalimat-kalimat yang kita dengar “di bangkitkan “dari struktur luar dengan rumus-rumus fisiologi. Sedangkan struktur luar ini di bangkitkan dari struktur dalam (struktur dasar) dengan rumus-rumus transformasi.
Dalam teori transformasio tata bahasa merupakan satu system yang nenghubungkan bunyi dengan makna.dalam hal ini struktur dasasr memberikan masukan terhadap kepada komponen semantic, dan struktur semantic memberikan masukan pada komponen fonologi. Kemampuan linguistic terdiri dari kemampuan melahirkan dan menerbitkan kalimat-kalimat baru yang dalam linguistic transformasi generative di sebut perlakuan atau pelaksanaan bahasa atau performansi.
Chomsky melihat bahasa bukan hanya kompleks, tetapi juga penuh dengan kesalahan dan penyimpangan kaidah pada pengucapan atau pelaksanaan bahasa (performans). Manusia tidaklah mungkin belajar bahasa pertama dari orang lain. Selama belajar mereka menggunakan prinsip-prinsip yang membimbingnya menyusun tata bahasa.
2. Tata Bahasa Kasus
Fillmore, salah satu teori tata bahasa yang di dasarkan pada komponen semantik di kenal dengan nama tata bahasa kkasus (case grammar). Teori ini telah di gunakan untuk menganalisis data-data pperkembangan bahasa. Transformasi- transformasi tata bahasa tidak di atur oleh rumus-rumus sintaksis melainkan oleh hubungan semantic yang di tanda oleh kategori-kategori kasus itu. Jadi, merupakan satu keharusan untuk mengikutb sertakan semantik pada umumnya, dan hubungan-hubungan semantic khususnya dalam menganalisis pengetahuan tata bahasa.
Dalam tata bahasa, kasus dari sebuah kata benda atau kata ganti menunjukan fungsi gramatisnya di dalam sebuah frasaatau klausa. Fungsi gramatis ini sebagai contoh adalah subyek dari kalimat, obyek atau kepemilikan.
3. Tata Bahasa Semantik Generatif
Teori pendekatan semantic menemukan bahwa struktur ucapan itu di dasarkan atas dasar hubungan –hubungan semantic. Dalam psikolinguistik perkembangan pendekatan semantic inilah yang menjadi dasar kajian.
Perbedaan antara pendekatan semantic ini dengan teori hubungan tata bahasa nurani adalah bahwa kalau teori tata bahasa nurani menerapkan hubungan-hubungan sintaksis dalam menganalisis struktur ucapan kanak-kanak, maka teori pendekatan semantic menemukan struktur ucapan itu berdasarkan hubungan-hubungan semantic. Jadi, teori hubungan tata bahasa nurani menerapkan struktur sintakksis orang dewasa, yaitu:
K FN + FV
Pada ucapan-ucapan kanak-kanak, sedangkan teori pendekatan teori pendekatan semantic menemukan struktur :
Agen + kerja + obyek,atau
Agen + kerja, atau
Obyek + kerja
Pada ucapan kanak-kanak, yaitu struktur yang menggambarkan hubungan-hubungan semantic.
4. Tata Bahasa Korelasi
Dalam tata bahasa korelasi sering terjadi pertentangan antara bahasa tulis dan bahasa lisan.Ketika beralih ke dalam bahasa tulisan, kebanyakan kita ternyata hanya sekadar memindahkan tuturan-tuturan kita ke dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain, kita sekadar mentranskrip tuturan kita.
Sekadar contoh, kebanyakan kita akan mengucapkan kuatir daripada khawatir. Ketika kita menulis, kita cenderung menuliskan kuatir daripada khawatir. Contoh lain, kita juga suka kata merubah daripada mengubah, suatu salah kaprah yang berawal dari kekeliruan proses morfologi. Kita juga sering menulis kotbah daripada khotbah. Atau ijin untuk izin. Dan masih banyak daftar yang bisa ditambahkan.
Sebagai penulis, entah itu penulis surat, penulis kartu pos, penulis surat elektronik alias e-mail, maupun penulis blog, hal ini penting kita ketahui. Tentunya bukan sekadar menikmati alam kebebasan berekspresi saja. Bukan tidak mungkin bila suatu saat pemahaman akan hal ini akan membantu kita.
Hal pertama, tentu saja, sebagai bentuk pelatihan bahasa secara mandiri. Rajin melihat kamus, membandingkan bentuk baku dan bentuk nonbaku jelas akan meningkatkan kecermatan kita. Bentuk-bentuk bersaing dalam kamus biasanya diberi keterangan khusus dalam kamus. Bentuk nonbakunya biasa akan dirujuk ke bentuk baku.
Hal kedua, kita juga perlu sadar bahwa salah satu ciri bahasa tulis memang sifatnya yang terkesan lebih baku. Kalaupun tidak baku, setidaknya disampaikan dengan bahasa populer yang masih tidak amburadul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar